About

Pages

I Luv Indonesia I Luv Indonesia

Blogroll

Sabtu, 01 Juni 2013

Membangun Masyarakat Gemar Membaca dan Menulis di Kabupaten Grobogan

Kabupaten Grobogan terdiri atas 19 kecamatan, dan ratusan desa dan kelurahan. Sembilan belas kecamatan tersebut adalah Tawangharjo, Purwodadi, Wirosari, Grobogan, Godong, Gubug, Pulokulon, Toroh, Geyer, Penawangan, Ngaringan, Kradenan, Gabus, Brati, Klambu, Tegowanu, Kedungjati, Tanggungharjo, dan Karangrayung. Sebagai daerah terluas kedua di Propinsi Jawa Tengah, Kabupaten Grobogan mempunyai jumlah penduduk yang tidak sedikit. Hal ini menunjukkan bahwa secara kuantitas, sumber daya manusia (SDM) Kabupaten Grobogan tidak dapat dipandang sebelah mata.

Selain itu, letak geografis Kabupaten Grobogan yang relatif dekat dengan Semarang sebagai ibukota Provinsi Jawa Tengah, merupakan keuntungan tersendiri. Hal ini dapat dilihat dari adanya interaksi sosial antara warga Kabupaten Grobogan dengan masyarakat daerah lainnya yang relatif dekat atau berbatasan dengan Kabupaten Grobogan, misalnya Kota Semarang, Kota Surakarta, Kabupaten Semarang, Kabupaten Demak, Kabupaten Kudus, Kabupaten Sragen, Kabupaten Boyolali, Kabupaten Blora, Kabupaten Pati, dan Kabupaten Ngawi (Jawa Timur).
Membangun masyarakat gemar membaca dan menulis di Kabupaten Grobogan dapat menjadi bagian dari upaya membangun masyarakat Kabupaten Grobogan agar semakin maju, sejahtera, dan berprestasi. Keberhasilan pembangunan di Kabupaten Grobogan tentunya menjadi bagian penting dari pembangunan Indonesia, khususnya di Provinsi Jawa Tengah.

Program Bali Desa Mbangun Desa yang dicanangkan Gubernur Jawa Tengah Bibit Waluyo, seharusnya didukung segenap warga Jawa Tengah, termasuk para warga di Kabupaten Grobogan. Kepemimpinan Bupati Bambang Pudjiono dan Wakil Bupati Icek Baskoro pada periode kedua ini diharapkan dapat semakin meningkatkan prestasi Kabupaten Grobogan, baik di tingkat regional maupun nasional.
Membangun masyarakat gemar membaca dan menulis
Dalam melakukan aktivitasnya, setiap orang biasanya mempunyai motivasi tertentu. Demikian pula dengan aktivitas membaca dan menulis. Membaca dan menulis adalah bagian penting dari pendidikan. Dalam pelajaran bahasa Inggris misalnya, ada aktivitas listening (menyimak), speaking (berbicara), reading (membaca) dan writing (menulis) Setiap orang bisa jadi mempunyai motivasi yang sama dalam belajar dan bekerja. Tapi bisa jadi motivasinya berbeda.

Saya sendiri pada awalnya menulis buku dengan motivasi untuk mengamalkan ilmu yang dimiliki. Hal ini menurut saya, termasuk bagian dari ibadah yang dapat saya lakukan. Dengan mengamalkan ilmu kepada masyarakat luas, hati menjadi terasa lebih puas. Alhamdulillah, beberapa judul buku yang saya tulis mendapat respon bagus dari para pembaca dan laris. Beberapa judul buku yang telah ditulis Sukarno, SIP, SS dan dapat diperoleh di berbagai toko buku di Indonesia antara lain Easy Daily Conversation; 1 Bulan Terampil Percakapan Bahasa Inggris (keduanya diterbitkan di Yogyakarta) dan buku 19 Hari Lancar Bahasa Inggris.
Kalaupun penulis mendapatkan tambahan penghasilan, popularitas, dan apresiasi dari para pembaca, itu merupakan hal yang patut disyukuri. Mungkin tidak sedikit penulis yang motivasinya sama. Misalnya, meningkatkan masyarakat gemar membaca dan menulis.
Meskipun demikian kita harus menghormati penulis yang lain meskipun motivasinya berbeda dengan kita. Ada pula penulis yang mempunyai motivasi ekonomi. Saat ini kita dapat mengatakan bahwa pekerjaan menulis telah menjadi profesi bagi sebagian orang. Penulis dapat dijadikan pekerjaan utama. Seperti halnya pekerjaan sebagai dokter, pengajar, petani, pedagang, pengusaha, politisi, wartawan, pegawai, dll, profesi sebagai penulis menarik sebagian orang di Indonesia, termasuk di Grobogan, Jawa Tengah. Karena itu, tentu saja ada penghasilan yang diharapkan. Tiap penulis dapat mempunyai penghasilan yang sama atau berbeda.
Ada faktor-faktor yang mempengaruhinya. Misalnya, jumlah karya tulis berupa buku yang dihasilkan. Semakin banyak jumlah judul buku yang diterbitkan, penghasilan pun akan kian meningkat. Selain itu, faktor laris atau tidaknya buku juga penting diperhatikan. Beruntung sekali kalau semua buku yang ditulis laris di pasaran alias best-seller. Penulis dapat menjadi orang yang kaya raya.

Contoh penulis sukses yang menulis buku berbahasa Inggris yaitu, JK Rowling di Inggris, John Grisham di Amerika Serikat. Di Indonesia ada pula penulis yang berhasil menangguk penghasilan relatif besar, misalnya Habiburrahman El-Shirazy (penulis novel Ayat-Ayat Cinta dan Ketika Cinta Bertasbih), Andrea Hirata (penulis tetralogi Laskar Pelangi). Bahkan Habiburahman El-Shirazy atau yang akrab dipanggil Kang Abik, telah mendapatkan penghargaan sebagai Novelis no 1 di Indonesia dari Insani Universitas Diponegoro (Undip) Semarang. Pendapatan para penulis tersebut kian bertambah karena novel-novelnya diangkat ke layar lebar.
Motivasi lainnya, misalnya popularitas. Orang mengenal penulis dari karya-karyanya. Dengan menghasilkan karya, seseorang akan semakin dikenal. Tidak sedikit penulis yang meskipun baru menghasilkan satu buku, tetapi menjadi sangat terkenal karena karyanya tersebut.
Selain itu, tak jarang seorang tokoh yang akan mencalonkan diri sebagai pemimpin, juga menulis autobiografi. Isinya dapat menampilkan berbagai kiprah dan pengalamannya sehingga layak dipilih menjadi pemimpin.
Jonru (2008: 16) mengungkapkan bahwa hal yang paling menggiurkan dari pekerjaan menulis buku sebenarnya adalah hal-hal yang lebih bersifat efek samping. Salah satu di antaranya adalah kredibilitas. Setelah buku Anda terbit maka masyarakat akan langsung melihat Anda sebagai seseorang yang kredibel di bidang tertentu. Jika Anda menulis tentang “cara merakit komputer”, Anda akan segera mendapat gelar “ahli perakitan komputer”. Apalagi jika buku tersebut laris di pasaran dan menjadi pembicaraan di mana-mana, kredibilitas Anda akan makin meningkat.

Penulis atau pengarang di Indonesia
Dari karya yang dihasilkan, penulis atau pengarang akan relatif dikenal para pembaca. Orang dapat mengenal Chairil Anwar, WS Rendra, Sutardji Calzoum Bahri, Afrizal Malna karena membaca puisi-puisi yang ditulisnya. Pengalaman WS Rendra menempuh kuliah di jurusan Sastra Inggris tentunya berguna dalam karier kepenyairannya. Demikian pula dengan Prof Sapardi Joko Damono, yang dulu menjadi dosen Sastra Inggris Undip kini mengajar di beberapa perguruan tinggi dan dikenal pula sebagai sastrawan.
Pramoedya Ananta Toer, Ajip Rosidi, NH Dini juga dikenal luas dari karya sastra yang ditulisnya. Amien Rais, Arbi Sanit dapat dikenali pemikirannya melalui tulisan-tulisan bertema politik yang bermutu. Prof Satjipto Raharjo, Prof Muladi dikenal sebagai pakar hukum terkemuka yang juga menulis buku.

Selain itu, Prof Eko Budihardjo dikenal sebagai pakar arsitektur dan tata kota dari buku yang ditulisnya. Prof Sudharto P Hadi dikenal sebagai pakar lingkungan dari berbagai tulisannya. Yudiono KS dikenal sebagai akademisi sastra (dosen senior) yang produktif menulis buku. Selain itu, para penulis pada penerbitan Universitas Terbuka (UT) Jakarta juga telah menghasilkan banyak judul buku atau modul yang berkualitas. Tak heran jika berbagai judul buku/modul terbitan UT telah menjadi teman belajar bagi jutaan mahasiswa dan alumni UT yang tersebar di berbagai daerah di tanah air, termasuk di Grobogan, Semarang, Jogja, Solo, dll.

Menurut Yudiono KS (2010: 7) sejarah atau tradisi kepengarangan Indonesia sebenarnya menempatkan pengarang atau sastrawan sebagai kelompok elite terpelajar dengan pemikiran-pemikiran yang hebat, tetapi belum dipahami atau diserap masyarakat menengah ke bawah yang kehidupan sosial ekonominya tetap saja terbatas. Apa pun motivasi orang dalam menulis, selama baik dan bermanfaat bagi umat, bangsa dan negara, tentu layak diapresiasi. Mari menulis buku!
Oleh: Sukarno, S.IP., S.S.

SUMBER