anak putus sekolah |
Blogroll
Senin, 10 Februari 2014
Stop Anak Putus Sekolah
Angka putus sekolah anak Indonesia tahun ini masih tinggi. Kurang lebib 12 juta anak Indonesia (2010) yang belum bisa menyelesaikan wajib belajar (Wajar) Sembilan tahun. Hal itu tentu sangat bertolak belakang dengan alokasi anggaran untuk pendidikan yang mencapai 20% dari total APBN. Sayangnya anggaran sebesar itu hingga saat ini belum bisa digunakan sebagaimana mestinya.
Salah satu faktor yang menyebabkan tingginya anak putus sekolah tak lain karena mahalnya biaya pendidikan. Sekalipun saat ini pemerintah telah memberikan program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan juga beasiswa, akan tetapi hal itu tampaknya belum cukup untuk menekan jumlah anak putus sekolah. Karena bantuan-bantuan tersebut hanya bersifat terbatas, BOS hanya untuk kebutuhan sekolah dan beasiswa hanya untuk biaya SPP siswa. Sedangkan biaya kebutuhan lain yang jumlahnya lebih banyak masih menjadi tanggungan siswa.
Di sisi lain, di tengah maraknya anak-anak putus sekolah justru pemerintah menggulirkan program sekolah unggulan berlabel rintisan sekolah bertaraf internasional (RSBI) dan sekolah bertaraf internasional (SBI). Keberadaan dua sekolah ini malah menjadi dilema bagi dunia pendidikan kita. Di satu sisi pemerintah ingin membangun pendidikan berkualitas, di sisi lain hal itu memunculkan nuansa diskriminatif, karena RSBI/SBI hanya mengakomodasi kepentingan orang kaya.
Dari sanalah muncul kecemburuan dari sekolah-sekolah non RSBI/SBI. Sekolah-sekolah tersebut akhirnya mengadopsi cara yang digunakan oleh sekolah RSBI dengan meningkatkan biaya sekolah. Dalam hal ini tentu yang jadi korban adalah anak-anak dari keluarga miskin, sehingga yang terjadi adalah banyak anak putus sekolah karena tidak mampu membayar biaya sekolah yang tinggi.